Dalam upaya modernisasi sistem pertahanan, Amerika Serikat telah menandatangani kontrak baru dengan Lockheed Martin untuk pengadaan rudal baru yang disebut Precision Strike Missile (PrSM) Increment 1.
Langkah strategis ini menjadi bagian dari peralihan dari sistem rudal operasional-taktis yang sudah dianggap ketinggalan zaman, yaitu ATACMS. Di balik pergeseran ini terdapat analisis mendalam mengenai keunggulan teknologi, kebutuhan strategis, dan implikasi geopolitik yang berpengaruh pada aliansi pertahanan global.
Kontrak PrSM: Langkah Awal Menuju Modernisasi
Pada akhir Maret 2025, Komando Pengadaan Angkatan Darat AS mengumumkan penandatanganan kontrak dengan Lockheed Martin senilai 4,9 miliar dolar. Kontrak ini mencakup pengadaan 1170 unit rudal PrSM beserta sistem pengendalian tembakan terkait.
Selain itu, pada tahun 2024 sebelumnya telah dipesan 110 unit, sebagai bagian dari pembaruan strategi pertahanan yang memfokuskan pada teknologi tinggi dan akurasi serangan. Dengan kapasitas produksi yang direncanakan meningkat hingga 500 unit per tahun, pengiriman rudal ini diperkirakan dapat diselesaikan sebelum target akhir tahun 2029, membuka jalan bagi transisi teknologi dalam waktu dekat.
PrSM vs ATACMS: Inovasi Teknologi dan Keunggulan Operasional
PrSM dirancang untuk menggantikan sistem rudal ATACMS (MGM-140) yang saat ini telah mengalami penurunan efektivitas. Beberapa perbedaan kunci antara PrSM dan ATACMS meliputi:
-
Jangkauan Serangan: PrSM memiliki kemampuan mencapai sasaran pada jarak lebih dari 400 km, dibandingkan dengan ATACMS yang memiliki jangkauan sekitar 300 km.
-
Kapasitas Peluncuran Ganda: PrSM memungkinkan peluncuran dua rudal secara simultan dari satu platform, seperti M270 atau HIMARS, meningkatkan efisiensi dan daya tembak.
-
Sistem Navigasi Canggih: Dengan kombinasi navigasi inersia dan GPS, PrSM dapat memastikan akurasi tinggi bahkan ketika sinyal satelit melemah atau tidak tersedia.
Inovasi ini secara signifikan meningkatkan kemampuan operasional, memberikan keunggulan taktis dalam skenario medan perang modern.
Potensi Penjualan Rudal ATACMS yang Tersisa
Seiring dengan peralihan ke PrSM, AS diperkirakan masih memiliki sekitar 1 hingga 1,5 ribu unit ATACMS dalam persediaan. Sisanya kemungkinan besar akan dialokasikan atau dijual ke negara-negara sekutu yang tengah meningkatkan kemampuan pertahanan mereka, di antaranya:
-
Polandia: Negara ini tengah melakukan upaya besar-besaran dalam memperkuat pertahanan militernya, mengingat ketegangannya dengan Rusia. Polandia telah mengakuisisi 20 unit sistem peluncur roket HIMARS dan dikabarkan akan menerima hingga 506 unit sistem baru berbasis chassis Jelcz dari AS hingga tahun 2029.
-
Negara Baltik: Estonia, Latvia, dan Lithuania juga tengah mengintensifkan modernisasi sistem persenjataan mereka dengan memesan HIMARS, sehingga beberapa unit ATACMS dapat dialokasikan ke wilayah tersebut untuk memperkuat pertahanan di sayap timur NATO.
-
Kemungkinan untuk Ukraina: Meski Ukraina berpotensi memperoleh rudal ATACMS, nilai unit yang mencapai 2,3 juta dolar serta biaya operasional tinggi karena integrasi sistem navigasi satelit AS, membuat opsi ini menjadi alternatif yang menantang.
Implikasi Strategis bagi Aliansi NATO dan Keseimbangan Regional
Penggantian ATACMS dengan PrSM Increment 1 tidak hanya berdampak pada pembaruan teknologi pertahanan Amerika, tetapi juga berimbas pada dinamika geopolitik di kawasan Eropa Timur. Peningkatan jumlah dan kualitas sistem rudal di tangan negara-negara anggota NATO, terutama yang berada di wilayah dekat perbatasan Rusia dan Belarus, memperkuat potensi respons militer dan strategi pertahanan kolektif.
Hal ini menimbulkan risiko peningkatan konsentrasi senjata presisi tinggi yang bisa berimplikasi pada eskalasi ketegangan di kawasan tersebut, terutama menjelang kemungkinan konflik dalam 3-5 tahun mendatang.