Bundeswehr, angkatan bersenjata Jerman, secara resmi mengonfirmasi studi kelayakan pembangunan konstelasi satelit militer independen. Proyek ini bertujuan memutus ketergantungan dari teknologi asing, terutama Starlink milik SpaceX, dan memperkuat keamanan siber nasional. Menurut laporan eksklusif Handelsblatt, inisiatif ini melibatkan perusahaan roket domestik seperti Isar Aerospace, RFA, dan HyImpulse, dengan estimasi biaya €1-10 miliar per konstelasi.
Mengapa Jerman Membutuhkan Satelit Militer Mandiri?
1. Ancaman Ketergantungan pada Starlink
Starlink, yang dikembangkan SpaceX sejak 2014 2, telah menjadi tulang punggung komunikasi militer global. Namun, ketergantungan pada infrastruktur asing berisiko terhadap kerahasiaan data dan stabilitas operasional. "Kontrol penuh atas jaringan satelit adalah prasyarat untuk pertahanan yang berdaulat," ungkap insinyur Bundeswehr dalam wawancara dengan Handelsblatt 2.
2. Paradigma Keamanan Pasca Perang Rusia-Ukraina
Invasi Rusia ke Ukraina mengubah paradigma keamanan Eropa. Patrick Sensburg, Presiden Asosiasi Reservis Jerman, menekankan perlunya peningkatan kapasitas pertahanan, termasuk modernisasi teknologi dan penambahan 1 juta personel cadangan 3. Konstelasi satelit menjadi bagian kritis dari strategi ini untuk memastikan komunikasi tak terputus dalam skenario konflik.
Rincian Proyek: Biaya, Teknologi, dan Perusahaan Terlibat
Estimasi Biaya dan Pendanaan
Proyek ini didanai melalui kesepakatan utang federal baru, dengan kisaran biaya €1-10 miliar per konstelasi. Angka ini mencakup peluncuran satelit, pengembangan teknologi, dan infrastruktur pendukung.
Kolaborasi dengan Start-Up Roket Jerman
Perusahaan seperti Isar Aerospace (Munich), RFA (Augsburg), dan HyImpulse (Baden-Württemberg) menjadi tulang punggung teknis. Isar Aerospace, misalnya, sedang menguji roket Spectrum yang mampu mengangkut 1 ton muatan ke orbit rendah Bumi (LEO).
Spesifikasi Teknis
Meski detail teknis belum diungkap, sistem ini kemungkinan menggabungkan satelit pengintai, komunikasi terenkripsi, dan kemampuan anti-jamming. Hal ini sejalan dengan kebutuhan NATO untuk mengurangi risiko kehilangan 5.000 personel/hari dalam perang di front timur.
Tantangan dan Kritik
Biaya Tinggi vs. Ketersediaan SDM
Meski dana tersedia, Jerman menghadapi krisis personel militer. Sensburg menyoroti bahwa Bundeswehr hanya memiliki 183.000 personel aktif—jauh di bawah kebutuhan 300.000-350.000 untuk pertahanan menyeluruh 3.
Kompetisi Global
SpaceX telah meluncurkan 4.425 satelit Starlink sejak 2018 2, sementara China dan AS terus berekspansi. Jerman harus mempercepat inovasi agar tak tertinggal.
Implikasi Strategis bagi Eropa dan NATO
Keberhasilan proyek ini akan:
- Memperkuat posisi Jerman sebagai pemimpin teknologi pertahanan Eropa.
- Mengurangi ketergantungan NATO pada infrastruktur AS.
- Mendorong standar keamanan siber baru yang diadopsi sekutu Eropa.
Langkah Revolusioner atau Beban Fiskal?
Inisiatif Bundeswehr mencerminkan respons pragmatis terhadap ancaman geopolitik modern. Namun, keberhasilannya bergantung pada sinergi pemerintah-industri dan solusi atas krisis SDM. Jika terwujud, Jerman tidak hanya lepas dari Starlink, tetapi juga menjadi pionir dalam era pertahanan berbasis ruang angkasa.