Iran meningkatkan kesiapsiagaan militernya di tengah ketegangan dengan Amerika Serikat. Menurut laporan Reuters yang mengutip sumber pejabat tinggi Iran, Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei telah memerintahkan militer Iran untuk berada dalam kondisi siaga penuh.
Ketegangan Regional Meningkat
Langkah ini diambil sebagai respons terhadap kemungkinan serangan dari AS. Iran memperingatkan negara-negara Teluk seperti Kuwait, Uni Emirat Arab (UEA), Qatar, Turki, dan Bahrain agar tidak memberikan dukungan apa pun terhadap potensi serangan militer Amerika Serikat. Termasuk di antaranya penyediaan pangkalan militer atau akses wilayah udara. Pemerintah Iran menyebut bahwa tindakan semacam itu akan dianggap sebagai aksi permusuhan yang dapat memicu "konsekuensi serius."
Sinyal Kesiapan dan Diplomasi
Sementara itu, Presiden Iran menyatakan bahwa negaranya masih terbuka untuk dialog mengenai perjanjian nuklir, namun menekankan bahwa pembicaraan hanya bisa dilakukan melalui perantara. Hal ini menunjukkan bahwa meski bersiap secara militer, Iran tetap membuka jalur diplomasi sebagai opsi penyelesaian konflik.
Ancaman di Tengah Ketidakpastian
Situasi ini mempertegas meningkatnya ketegangan di kawasan Timur Tengah. Posisi geopolitik Iran yang strategis serta potensi keterlibatan negara-negara tetangga dalam konflik membuat situasi semakin rumit. Ancaman terhadap pangkalan militer asing dan penggunaan wilayah udara menjadi faktor krusial yang dapat memperluas skala konflik jika tidak ditangani secara diplomatis.
Poin Penting
Iran kini dalam kondisi siaga tinggi menyusul kekhawatiran akan intervensi militer AS. Peringatan kepada negara-negara Teluk menunjukkan bahwa konflik ini tidak hanya melibatkan dua negara, tetapi juga berpotensi mempengaruhi stabilitas regional. Pernyataan resmi dan laporan Reuters menunjukkan betapa seriusnya situasi yang tengah berkembang di kawasan tersebut.