BLOG NGEHULENG ID - Pemerintah Indonesia mempertimbangkan pembelian besar-besaran sistem persenjataan AS, termasuk jet tempur multiguna F-15EX senilai lebih dari US$8 miliar, sebagai langkah strategis untuk meredam ketegangan dagang akibat ancaman tarif 32 % AS. Presiden Prabowo Subianto telah memerintahkan Kementerian Pertahanan untuk segera mengidentifikasi dan mempercepat akuisisi alutsista tersebut setelah pertemuan tertutup pada 8 April 2025. Sementara itu, delegasi Indonesia yang dipimpin Menko Perekonomian Airlangga Hartarto tengah bernegosiasi di Washington untuk mendapatkan pengurangan tarif dan menawarkan peningkatan impor produk AS serta kerja sama di sektor pertambangan dan pertanian.
Latar Belakang Ketegangan Dagang
Pada Maret 2025, pemerintahan Presiden Donald Trump mengumumkan rencana penerapan tarif impor 32 % untuk produk Indonesia, yang kemudian ditangguhkan selama 90 hari untuk memberi ruang negosiasi. Ancaman tarif ini memicu kepanikan di kalangan eksportir Indonesia, mengingat defisit dagang AS-Indonesia yang mencapai US$16,8 miliar pada 2024.
Arahan Presiden dan Rapat Tertutup
Presiden Prabowo Subianto mengeluarkan arahan langsung untuk mempercepat akuisisi alutsista AS sebagai langkah politik untuk meredam ketegangan dagang. Arahan ini disampaikan dalam rapat tertutup pada 8 April 2025, dipimpin oleh Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, guna menugaskan Kementerian Pertahanan memilih jenis senjata yang bisa segera dibeli atau dipercepat pengadaannya.
Rencana Pembelian F-15EX
Salah satu opsi utama adalah melanjutkan rencana pembelian 24 unit jet tempur Boeing F-15EX, yang sudah tercantum dalam nota kesepahaman (MoU) tahun 2023 namun belum direalisasikan. Diperkirakan nilai kontrak untuk 24 pesawat tersebut akan melebihi US$8 miliar setara dengan total anggaran pertahanan Indonesia 2024 sehingga menjadi tantangan besar bagi fiskal negara.
Upaya Diplomasi Perdagangan di AS
Dalam upaya meredam ancaman tarif, delegasi Indonesia yang dipimpin Menko Perekonomian Airlangga Hartarto berangkat ke Washington untuk
bernegosiasi dengan Office of the U.S. Trade Representative (USTR) dan pejabat tinggi AS lainnya. Delegasi tersebut menawarkan paket peningkatan impor AS senilai US$18–19 miliar, termasuk produk energi dan pertanian, sebagai imbalan penghapusan atau penurunan tarif bagi 20 komoditas ekspor utama Indonesia.
Tawaran Kerja Sama Strategis
Selain pembelian alutsista, Indonesia juga mengusulkan kerja sama di sektor pertambangan mineral kritis serta penyederhanaan prosedur impor produk hortikultura AS seperti gandum, kedelai, dan bahan pakan ternak. Langkah ini bertujuan memperlihatkan itikad baik dan membuka peluang investasi perusahaan AS di Indonesia untuk memperkuat hubungan bilateral.
Tantangan Anggaran dan Politikal
Meski strategi beli alutsista AS berpotensi mendinginkan sengketa dagang, realisasi rencana pembelian F-15EX menghadapi tiga kendala utama: kebutuhan dana lebih dari US$8 miliar; proses persetujuan Kongres AS; serta pertimbangan politik domestik di DPR dan publik Indonesia mengenai prioritas belanja pertahanan.
Poin Penting
Inisiatif pembelian alutsista AS skala besar oleh Pemerintah Indonesia merupakan manuver diplomatik dan strategis untuk meredam ancaman tarif AS 32 %. Arahan Presiden, negosiasi dagang di Washington, serta paket kerja sama pertambangan dan pertanian menunjukkan pendekatan menyeluruh Indonesia dalam menjaga stabilitas ekonomi dan pertahanan nasional. Keberhasilan langkah ini akan sangat bergantung pada kesepakatan tarif, kesiapan anggaran, dan persetujuan legislatif kedua negara.