Taipei, Juni 2025 - Menteri Pertahanan Taiwan Wellington Koo mengumumkan pembentukan unit pertama drone militer dan drone laut (maritime unmanned systems) dalam jajaran Angkatan Darat dan Angkatan Laut negara tersebut pada tahun ini. Langkah ini merupakan bagian dari strategi pertahanan jangka panjang Taiwan untuk memperkuat kemampuan asimetris menghadapi potensi ancaman dari Tiongkok, sekaligus mengurangi ketergantungan pada rantai pasokan teknologi yang dikendalikan oleh Beijing.
Langkah Strategis: Integrasi UAV dalam Militer Taiwan
Unit drone pertama Taiwan akan dibentuk berdasarkan pengalaman yang diperoleh dari pengoperasian sistem nirawak di lingkungan Korps Marinir, khususnya di batalion tank dan artileri. Integrasi ini ditujukan untuk meningkatkan kemampuan pengintaian, serangan presisi, serta respons taktis dalam konflik berintensitas tinggi.
Langkah ini juga menandai transisi penting dalam strategi pertahanan Taiwan yang kini mulai meniru pelajaran dari medan perang modern, khususnya penggunaan UAV di Ukraina, di mana drone memainkan peran kunci dalam konflik simetris dan asimetris.
Tantangan: Dominasi Industri Drone oleh Tiongkok
Meskipun inisiatif ini menunjukkan ambisi Taiwan dalam modernisasi militernya, pelaksanaannya menghadapi tantangan besar dominasi Tiongkok dalam produksi drone dan komponen-komponennya. Ketergantungan historis pada pasokan dari China membuat sistem pertahanan Taiwan rentan terhadap gangguan logistik atau sabotase industri dalam skenario krisis.
Untuk itu, Taiwan berkomitmen mengembangkan ekosistem drone domestik. Kementerian Pertahanan berencana membeli lebih dari 3.200 drone dari produsen dalam negeri selama lima tahun ke depan. Sebagian besar adalah drone pengintai ringan, yang dapat diproduksi cepat dan dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan militer.
Produksi Dalam Negeri dan Kolaborasi Internasional
Menurut Taiwan Democracy and Technology Research Institute, sekitar 10.000 unit drone telah diproduksi di Taiwan pada tahun 2024. Lembaga-lembaga lokal seperti Institut Sains dan Teknologi Chung-Shan memainkan peran penting dalam merancang drone kamikaze dan amunisi berkeliaran (loitering munitions), yang telah dipamerkan di berbagai pameran militer, meski belum sepenuhnya diadopsi oleh pihak militer.
Sementara itu, Amerika Serikat tetap menjadi mitra strategis Taiwan dalam pertahanan UAV. Pada Juni 2024, Washington menyetujui penjualan lebih dari 1.000 unit Altius 600M-V dan Switchblade 300, dua tipe amunisi berkeliaran buatan AS ke Taiwan sebagai bagian dari bantuan militer. Paket ini mempercepat kemampuan Taiwan untuk menerapkan sistem UAV jarak jauh yang “cukup baik” untuk memperkecil kesenjangan kemampuan dengan militer Tiongkok.
Seruan untuk Investasi dan Pengembangan Cepat
Pusat Keamanan Amerika Baru (Center for a New American Security/CNAS), lembaga think tank pertahanan di Washington, tahun lalu menyerukan peningkatan investasi Taiwan di sektor drone. Dalam laporan tersebut, CNAS mendorong pendekatan produksi massal untuk platform drone jarak jauh yang efektif namun ekonomis, guna menghadapi kemungkinan invasi atau blokade dari Beijing.
Integrasi unit drone ke dalam struktur militer Taiwan mencerminkan kesadaran strategis terhadap perubahan lanskap peperangan modern. Dengan mengandalkan produksi lokal dan dukungan sekutu seperti AS, Taiwan berupaya memperkuat pertahanannya sekaligus membangun kemandirian industri teknologi militernya. Tantangan dari dominasi industri drone Tiongkok tetap besar, tetapi langkah-langkah yang diambil menunjukkan arah kebijakan pertahanan yang semakin adaptif dan berbasis teknologi.