Detil Produksi dan Timeline
Menurut rilis resmi Dassault, fasilitas produksi seluas 20 hektar di Hyderabad akan memproduksi empat komponen utama fuselage:
- Bagian depan (nose section)
- Struktur tengah (center fuselage)
- Bagian belakang terintegrasi
- Panel samping belakang
Pabrik yang ditargetkan beroperasi penuh pada tahun 2028 dan memiliki kapasitas produksi hingga dua fuselage lengkap per bulan. "Ini bukan sekadar perakitan, tapi manufaktur penuh dengan kontrol kualitas standar Eropa," ujar sumber industri terkait proyek.
Pijakan Strategis 'Make in India'
Di balik euforia "Make in India", proyek ini menyimpan cerita menarik. Setelah kontrak Rafale 2019 yang dihujani kritik karena harga selangit, pemerintah India diam-diam negoisasi klausul transfer teknologi. "Ini kemenangan diplomasi pertahanan," cetus analis strategis Arun Prakash. "Prancis awalnya enggan, tapi India tawarkan akses preferensial ke pasar Afrika."
Kemitraan Dassault-TASL menjadi bukti nyata kemajuan program "Make in India" di sektor pertahanan. Setelah pengadaan 36 unit Rafale yang menuai kontroversi tahun 2019, langkah produksi lokal ini menunjukkan transformasi hubungan dari pembeli-pemasok menjadi mitra strategis.
TASL akan memimpin operasional harian dengan tiga tanggung jawab inti:
- Membangun infrastruktur manufaktur presisi tinggi
- Melatih 1.200 tenaga teknik lokal
- Memastikan kepatuhan standar kualitas militer Eropa
Dampak Jangka Panjang dan Tantangan
Proyek senilai ₹15.000 crore ini diharapkan menjadi katalis industri pertahanan India:
Dampak Transformasional
▶ Rantai Pasok Global: Komponen Hyderabad akan terintegrasi ke jalur produksi Rafale di Prancis dan Qatar
▶ Kapabilitas Teknologi: Transfer know-how material komposit canggih dan sistem presisi
▶ Ekosistem Industri: Penciptaan 3.500 lapangan kerja langsung dan tidak langsung
Namun tantangan tetap ada, terutama dalam memenuhi standar kualitas Dassault yang ketat. "Produksi komponen pesawat tempur generasi 4.5 berbeda dengan otomotif. Toleransi kesalahan diukur dalam mikron," ungkap insinyur aeronautika yang terlibat dalam proyek.
Sumber industri mengungkap tiga kendala utama:
- Rantai pasok material: 45% komponen kritis masih harus diimpor dari Eropa
- Standar kualitas: Sertifikasi militer Eropa butuh proses audit 14 bulan
- Geopolitik: Tekanan AS terhadap Prancis terkait penggunaan teknologi sensor AS
"Tantangan terbesar ada di material komposit," aku Manajer Produksi TASL Rakesh Sharma. "Kami harus replikasi formula resin epoksi yang tahan suhu ekstrem, rahasia dagang Dassault selama 30 tahun."
Peta Jalan Kemandirian Alutsista
Keberhasilan proyek ini akan menjadi penanda kemampuan India dalam manufaktur kedirgantaraan tingkat tinggi. Analis melihat ini sebagai batu loncatan menuju dua tujuan strategis:
- Program AMCA: Pengalaman manufaktur Rafale dapat diadopsi untuk pengembangan jet tempur siluman generasi kelima India
- Ekspor Global: Potensi India menjadi hub komponen kedirgantaraan untuk pasar Asia Tenggara dan Timur Tengah